Tenun ikat Flores memiliki corak yang khas dan desain motifnya terbilang etnik. Wajar
kalau motif dan desain warna tertentu melambangkan kedudukan seseorang dalam
strata sosial si empunya. Bahkan penggunaannya, tidak sembarang.
Ada
yang diperuntukkan upacara adat hingga pemakaian keseharian dalam
bermasyarakat. Bahkan kain tenun ikat juga bisa sebagai investasi bagi si
empunya. Tenun Flores memiliki corak menarik, dari dekat terlihat motifnya
bisa dibilang etnik.
Hebatnya,
masyarakat lokal bisa menerjemahkan model maupun desain masing-masing daerah di
Flores. Sebut saja, motif Lembata, Maumere, Moni, Ende dan lainnya. Ada desain
khas daerah yang ingin ditonjolkan. Semisal, terdapat nilai-nilai
relijius dan kekuatan alam. Motif kuda melambangkan kebanggaan, kekuatan dan
keberanian. Sementara motif ayam
menegaskan kehidupan wanita ketika berumah tangga.
Salah
satunya perajin kain tenun ikat dari Ende, tepatnya Manulondo, Ndona. Kelompok
pengrajin kain tenun ikat ini masih eksis . Kain tenun ikat Flores menggunakan
bahan-bahan alami untuk pewarnaan. Sumbernya berasal dari daun dan akar-akaran.
Sehingga dengan warna alami ini membuat kain tenun Flores semakin awet dan tak
pudar warnanya.
“Kami
menggunakan pewarna alami. Bahan-bahan didapat dari lingkungan sekitar, seperti
mengkudu, daun, kemiri, indigo dan lainnya. Cara tradisional masih
dipertahankan kelompok pengrajin Kapokale, Manulondo Ndona. Prosesnya bisa
mencapai 3 hingga 5 bulan untuk kain tenun ikat berkualitas,” papar Mama Tres
kepala pengrajin Kapokale.
Baca Juga :
0 komentar